• Kategori

  • Arsip

NEUROBLASTOMA PADA ANAK

<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:561332302; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1628533444 67698689 67698699 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Symbol;} @list l0:level2 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l1 {mso-list-id:567308864; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1724944 67698709 67698689 -1003870150 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:52.2pt; mso-level-number-position:left; margin-left:52.2pt; text-indent:-.25in;} @list l1:level2 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Symbol;} @list l1:level3 {mso-level-start-at:0; mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:117.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:117.0pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;} @list l2 {mso-list-id:580725646; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-478131110 67698689 -2030939878 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Symbol;} @list l2:level2 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:-; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @list l3 {mso-list-id:1200237620; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1136683300 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l3:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Symbol;} @list l4 {mso-list-id:1347101950; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1524306406 67698699 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l4:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l5 {mso-list-id:2084908292; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-446529194 610415070 67698699 1397493834 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l5:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l5:level2 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:1.0in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} @list l5:level3 {mso-level-tab-stop:117.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:117.0pt; text-indent:-.25in;} @list l6 {mso-list-id:2089764743; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1690666958 67698699 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l6:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:70.2pt; mso-level-number-position:left; margin-left:70.2pt; text-indent:-.25in; font-family:Wingdings;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}

A. DEFINISI

Neuroblastoma berasal dari embrionyc neural crest dan kelenjar adrenal merupakan tempat yang sering terkena, tumor ini mempunyai keganasan yang tinggi pada bayi dan anak. Biasanya di temukan pada anak usia 2-4 tahun (prof. DR Iskandar W, 1985).

Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada system persarafan yang berasal dari sel-sel saraf yang terdapat paa medula adrenal dan system saraf simpatik (Sumadi. 2001).

B. ETIOLOGI

Penyebabnya tidak diketahui. Mungkin berhubungan dengan faktor keturunan karena pada sel-sel tumor ditemukan kelainan genetik tertentu.

C. PATOFISIOLOGI

Sel-sel kanker yang berasal dari medula adrenal dan system saraf simpatik berploriferasi,menekan jaringan sekitarnya, kemudian menginfasi sel-sel normal disekitarnya.

Tahap-tahap pada neuroblastoma:

· Tahap I : tumor terlokalisasi pada daerah asal tumor, nodus limfe belum terkna

· Tahap II : tumor unilateral, nodus limfe belumterkena

· Tahap III : tumor menginfiltrasi kearaah tengah, tumor unilateral dengan terkenanya nodus limfe, tumor mengenai seluruh nodus limfe.

· Tahap IV : tumor menginvasi nodus limfelebih jauh, mengenai tulang sumsum tulang, hati dan organ lain.

· Tahap IV-S : tumor dengan cirri tahap I atau II tetapi dngan metastase pada hati, sumsum tulang atau kulit.simpatis

Neuroblastoma berasal dari sel Krista neuralis system saraf dan karena itu dapat timbul dimanapun dari fossa kranialis sampai koksik. Secara histologis, Neuroblastoma terdiri atassel bulat kecil dengan granula yang banyak

D. MANIFESTASI KLINIS

Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh. Kanker ini berasal dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf yang mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon tertentu).

Gejalanya tergantung kepada asal tumor dan luas penyebarannya.
Gejala awal biasanya berupa perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri perut. Gejalanya juga bisa berhubungan dengan penyebaran tumor:

# Kanker yang telah menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri tulang
# Kanker yang telah menyebar ke sumsum tulang menyebabkan:

Berkurangnya jumlah sel darah merah sehingga terjadi anemia

Berkurangnya jumlah trombosit sehingga anak mudah mengalami memar berkurangnya jumlah sel darah putih sehingga anak rentan terhadap infeksi

# Kanker yang telah menyebar ke kulit bisa menyebabkan terbentuknya benjolan-

benjolan di kulit

# Kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkan gangguan pernafasan
# Kanker yang telah menyebar ke korda spinalis bisa menyebabkan kelemahan pada

lengan dan tungkai.

Sekitar 90% neuroblastoma menghasilkan hormon (misalnya epinefrin, yang dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan terjadinya kecemasan).Gejala lainnya yang mungkin ditemukan;

Ø Kulitnya pucat

Ø Di sekeliling mata tampak lingkaran hitam

Ø Kelelahan menahun, kelelahan yang berlebihan berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan

Ø Diare

Ø Rasa tidak enak badan (malaise) berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan

Ø Keringat berlebihan

Ø Gerakan mata yang tak terkendali

Ø Rewel.

E. KOMPLIKASI

– Metastase

– Prognosis buruk

F. PEMERIKSAAN FISIK

Ø CT scan untuk mengetahui keadaan tulang pada tengkorak, leher, dada, dan abdomen.

Ø Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.

Ø Analisa urine untuk mengetahui adanya vanillylmandelic aci (VMA). Homovillic acid (HVA), dapomine, norepinephrin.

Ø Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N-myc

Ø Meninngkatkan ferritin, neuron-specific enolase (NSE), gangnoside (GD2)

G. PENANGANAN

Adapun penanganannya antara lain adalah:

Pengobatan

Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada lokasi, penyebaran dan usia penderita. Jika kanker belum menyebar, biasanya diangkat melalui pembedahan.
Jika kanker berukuran besar atau telah menyebar, diberikan kemoterapi (obat anti-kanker vincristine, siklofosfamid, doksorubisin dan cisplastin) atau terapi penyinaran. Pemberian vitamin B12 dosis tinggi ada baiknya, walaupun belum diketahui pasti kegunaannya.

H. FOKUS PENGKAJIAN

Ø Pemeriksaan fisik

Ø Riwayat penyakit

Ø Kaji adanya rasa nyeri, demam, kelemahan, berat badan menurun, anemia.

Ø Kaji adanya masa diabdomen, inkontinensia atau retensi urin, ekimosis pada supsaorbital, exoptalmus, paralysis akibat kompresi pada saraf spinal.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan dampak pengobatan.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh

3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

4. Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostic, efek fisiologi neoplasma.

J. INTERVENSI

· Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan dampak pengobatan.

Tujuan: Mempertahankan kemoterapi

Kriteria hasil: > Anak akan sembuh dari penyakit baik secara sebagian maupun secara keseluruhan dan anak tidak akan mengalami komplikasi dari kemoterapi

Perencanaan

Ø Memberikan kemoterapi sesuai dengan anjuran

Ø Siapkan anak dan keluarga apabila akan dilakukan pembedahan

Ø Observasi tanda-tanda cystitis

Ø Membantu anak dalam program radioterapi

· Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh

Tujuan: Meningkatkan system pertahanan tubuh.

Kriteria hasil: > Anak tidak akan memperlihatkan gejala-gejala infeksi

Perencanaan

Ø Memberikan vaksinasi dari virus yang tidak diaktifkan (misalnya varicella, polio salk, influenza)

Ø Kolaborasi untuk pemberian obat

Ø Menggunakan teknik aseptic untuk seluruh prosedur invasive

· Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Tujuan: Mengurangi mual dan muntah.

Kriteria hasil: Anak tidak akan mengalami mual atau muntah.

Perencanaan

Ø Kolaborasi untuk pemberian cairan infuse untuk mempertahankan hidrasi.

Ø Menghindari memberikan makanan yang memiliki aroma yang merangsang mual atau muntah

Ø Menganjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering.

· Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostic, efek fisiologi neoplasma.

Tujuan: Mengurangi rasa nyeri

Kriteria hasil: Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau nyeri dapat berkurang.

Perencanaan

Ø Memberikan teknik untuk mengurangi rasa nyeri nonfarmakologi.

Ø Kaji adanya kebutuhan klien untuk mengurangi rasa nyeri

Ø Evalasi efektivitas terapi pengurangan rasa nyeri secara teratur untuk mencegah timbulnya nyeri yang berulang.

labiopalatoskisis

BAB I
PENDAHULUAN
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang masih
menjadi masalah di tengah masyarakat. Antara Februari – Mei 1992, IKABI cabang
Padang mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok
berbentuk operasi bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126 penderita yang dilakukan operasi. Hardjowasito dengan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi
pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu pada kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing.
Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran minum, walaupun bayi dapat menghisap naun bahaya terdesak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi.keadaan umu yang kurang baik juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.
Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
B. ETIOLOGI
Faktor HERIDITER
Sebagai faktor yang sudah dipastikan.
Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.
• Mutasi gen.
• Kelainan kromosom

B. FAKTOR EKSTERNAL / LINGKUNGAN :
• Faktor usia ibu
• Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
• Nutrisi
• Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
• Radiasi
• Stres emosional
• Trauma, (trimester pertama)
C. PATOFISIOLOGI
Kelainan sumbing selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit. Berbeda pada kelainan bibir yg terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing langit2 lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum, dan bicara. Pada kondisi normal, langit2 menutup rongga antara mulut dan hidung. Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak.Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan jelas berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga mudah terkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum tidak ada batas antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke telinga.

D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada labio Skisis:
• Distorsi pada hidung
• Tampak sebagian atau keduanya
• Adanya celah pada bibir
Pada palato skisis:
• Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive
• Adanya rongga pada hidung
• Distorsi hidung
• Teraba aa celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
• Kesukaran dalam menghisap atau makan
F. KOMPLIKASI
• Gangguan bicara dan pendengaran
• Terjadinya otitis media
• Asirasi
• Distress pernafasan
• Risisko infeksi saluran nafas
• Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Foto rontgen
• Pemeriksaan fisisk
• MRI untuk evaluasi abnormal
H. PEMERIKSAAN TERAPEUTIK
• Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
• Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
• Mencegah komplikasi
• Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
• Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
• Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitaspenutupan adalah untuk perkembangan bicara.

I. PENATALAKSANAAN
a. Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak.Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang. Untuk membantu keadaan ini biasanya pada saat bayi baru lahir di pasang:
• Pemasangan selang Nasogastric tube, adalah selang yang dimasukkan melalui hidung..berfungsi untuk memasukkan susu langsung ke dalam lambung untuk memenuhi intake makanan.
• Pemasangan Obturator yang terbuat dr bahan akrilik yg elastis, semacam gigi tiruan tapi lebih lunak, jd pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut bayi. Beberapa ahli beranggarapan obturator menghambat pertumbuhan wajah pasien, tp beberapa menganggap justru mengarahkan. Pada center2 cleft spt Harapan Kita di Jakarta dan Cleft Centre di Bandung, dilakukan pembuatan obturator, karena pasien rajin kontrol sehingga memungkinkan dilakukan penggerindaan oburator tiap satu atau dua minggu sekali kontrol dan tiap beberapa bulan dilakukan pencetakan ulang, dibuatkan yg baru sesuai dg pertumbuhan pasien.
• Pemberian dot khusus dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik2 besar. Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot biasa; tujuannya dot yang panjang menutupi lubang di langit2 mulut; susu bisa langsung masuk ke kerongkongan; karena daya hisap bayi yang rendah, maka lubang dibuat sedikit lebih besar.
b. operasi, dengan beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penjelasan kepada orangtuanya
2. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung), evaluasi telinga.
3. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.
4. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi
5. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan Pharyngoplasty
6. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi)
8. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy LeFORTI

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam meneteki ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari kecacatan dan pembedahan.
2. Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisis
3. Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan
4. Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan perawatan dirumah
5. Nyeri b/d insisi pembedahan

K. INTERFENSI
1. Nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai adanya peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai
2. Anak akan bebas dari aspirasi
3. Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi sebelum dan sesudah operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.
4. Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan metode pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan, harapan perawat sebelum dan sesudah operasi.
5. Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidsk lsbil dan tidak gelisah.

L. IMPLEMENTASI
1. Mempertahankan nutrisi adekuat
• Kaji kemampuan menelan dan mengisap
• Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan lubang yang sesuai untuk pemberian minum
• Tempatka dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah mendorong makan/minuman kedalam
• Berikan posisi tegak lurus atau semi duduk selama makan
• Tepuk punggung bayi setiap 15ml 30ml minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi menghisap
• Berikan makan pada anak sesuai dengan jadwal dan kebutuhan
• Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa 6 jam dan pemberian infus lainnya
• Prosedur perawatan setelah operasi, ranngsangan untuk menelan ata menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran berikan minuman pada bayi, dan minuman atau makanan lunak untuk anak sesuai dengan diitnya.
2. Mencegah aspirasi dan obstruksi jalan napas
• Kaji status pernafasan selama pemberian makan
• Gunakan dot agak besar, rangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir
• Perhatikan posisi bayi saat memberi makan, tegak atau setengah duduk
• Beri makan secara perlahan
• Lakukan penepukan punggung setelah pemberian minum
3. Mencegah infeksi
• Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat pnemonia
• Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.
• Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik steril
• Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang tidak steril, misalnya alat tenun dan lainnya.
• Perhatikan perdarahan, edema, dan drainage
• Hindari gosok gigi pada anak kira-kira 1-2 minggu
4. Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi/anak dan perawatan dirumah
• Jelaskan prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi
• Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian makan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi pada saat pemberian makan/minum, lakukanpenepukan punggung, bersihkan mulut setelah makan
5. Meningkatkan rasa nyaman
• Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan
• Tenangkan bayi
• Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya
• Berikan analgetik sesuai program